Judul : Kalau Ada Rasa, Ungkapkan
link : Kalau Ada Rasa, Ungkapkan
Kalau Ada Rasa, Ungkapkan
Sekarang gue baru sadar, bahwa hidup yang gue jalani ini, gak selalu lurus, gak selalu manis, gak selalu ketawa-ketiwi, gak selalu happy-happy, gak selalu party-party, gak selalu jalan-jalan, gak selalu melankolis, dan gak selalu enak. Ya, di usia gue yang sebentar lagi berkepala dua, sepertinya gue mulai paham, begini toh kehidupan, begini ya kita hidup, begini ya kita menjalani aktifitas kita sehari-hari. Dan itu semua gak selalu “manis”, pasti ada aja pahit getirnya kaya minum rebusan jamu godog cap belalang sembah (hehe), pahitnya nempel di kerongkongan nyampe 2 minggu gak hilang-hilang, wkwk. Gue aja sampai sekarang masih gak ngerti kenapa gue jadi jerawatan, kenapa gue jadi bisulan, kenapa gue jadi rentan banget terkena penyakit, terutama penyakit kulit. Mungkin bagi sebagian orang menganggap gue orang yang gak bisa menjaga kebersihan, orang jorok, dan gak lantis, padahal gue setiap hari mandi kok, sabunan juga, habis mandi juga gue selalu pake parfum ax* yang katanya bikin bidadari lupa diri. Tapi pada kenyataannya... nihil.
Mungkin ini yang namanya kodrat Tuhan, gue aja pas waktu kecil, gak pernah ngebayangin bahwa muka gue nanti jerawatan, bisulan, gatal-gatal, dsb. Gak pernah terpikirkan sama sekali, tapi ya sekarang udah berlalu, gue juga sudah menjadi remaja semi-akhir, ya begini, inilah gue, apa mau dikata. Terkadang gue suka menertawakan apa yang gue alami selama ini, kenapa bisa gitu ya? Gak nyangka aja gitu. Ada suatu pengalaman gue yang paling absurd banget, yaitu ketika gue ketemu sama cewek yang menurut gue kecantikannya naudzubilleh, namun jalan ceritanya manis di awal, tapi super pahit di akhir. Iya, jadi awalnya kita ketemu pas kelas 1 SMP. Waktu itu gue masih culun dan super polos kaya kertas HVS, tapi ganteng sih, hehe. Tidak seperti sekarang, gue kaya kertas wajik, kusut dan gampang sobek. ‘Kusut’ lebih ke muka gue, dan ‘gampang sobek’ adalah hati gue yang gampang tersakiti (huhuhu). Berawal dari pembagian bangku di kelas, semua diatur sama OSIS. Pada saat gue menengok ke sebelah kiri, nah di situlah ada sesosok wanita tersenyum ke arah gue, maniiiiss bangeet. Tapi, gue biasa aja, sedangkan dia ngeliatin gue mulu, ya gue berlaga sok cool aja waktu itu, dan belum ada rasa apa-apa.
Setelah kejadian itu gue masih berlaga seperti biasa, layaknya siswa baru yang masih planga-plongo. Hari berganti hari dan gue akhirnya tahu nama cewek tersebut, tahu dimana dia waktu SD, dan ternyata dia lulusan MTs. Oke, semakin hari gue sama dia semakin kenal, semakin akrab, semakin santai, gak canggung, dan gue semakin nyaman, bahkan ada perasaan yang ingin gue ungkapkan. Namun, sampai saat ini rasa itu masih terpendam di kelenteng hati gue yang paling terdalam, dia gak tahu, bahkan gak akan pernah tahu. Gue bisa baca isi hatinya ketika dia melihat ke arah gue, bola matanya yang membulat, berbinar-binar, terpancar energi cinta yang begitu melankolis, dan seksi. Gue yang emang jarang ke luar rumah, dan bener-bener anak rumahan memang selalu terjaga kebersihan dan keutuhan badan dan kulit gue (khu khu). Dia pernah bilang ke gue “Ih.. Faris, kok tangannya mulus banget, kaya tangan perempuan, coba lihat deh...” sambil dia megangin jemari gue. Sejujurnya gue pada saat itu seperti terkena listrik dari belut listrik. Hati gue membuncah senang tidak karuan. Gue sih pas waktu itu diem aja, Cuma nyengir-nyengir, padahal mah di dalam hati "yah kok dilepas tangan aku.. pegang lagi dong, ayo pegang" haha.
Oh iya, ketika gue baru sembuh dari sakit tifus, gue berjalan di depan kemelut pintu kelas, dan gue melihat matanya itu bener-bener beda, ada rasa yang sama, bahkan lebih besar. Senyumnya yang mengambang begitu tulus, rambutnya terombang-ambing seperti di samudra luas, dan wajahnya yang mengekspresikan ‘permulaan cinta abadi’. Hari-hari berikutnya gue masih manis, namun pada saat naik kelas, gue harus pisah sama dia, karena dirolling. Semenjak dirolling gue loss contact, loss communication, loss sight juga bahkan. Gue gak tau siapa yang memulai duluan di antara kita, gue kah, atau dia kah, gue masih gak habis pikir, ya mungkin ini yang namanya kodrat Tuhan, haha, lagi-lagi kodrat Tuhan. ‘Kita harus bisa menertawakan hidup’ kutipan ini gue dapat dari film yang gue tonton tadi siang, hahaha.
Sejak saat itu, dia masih setia nunggu di depan kelas bersama konco-konconya, di lantai dua, berdiri hanya untuk melihat gue, haha (kayanya gue kepedean deh). Gue yang bener-bener pemalu, bahkan terlihat anak ‘kalem’ sampai keringat dingin. Iya bener, gue selalu keringet dingin apabila gue jalan melewati koridor lantai pertama, kenapa bisa gitu, karena gue tahu dia ngeliatin gue terus dari lantai 2 apabila gue datang dan jalan lewat koridor utama. Gue bisa melihat itu semua dari gerak-geriknya, pandangan matanya, sikapnya, dll (kaya peramal gue ya). Semenjak itu pula gue mulai memasuki fase baru dalam kehidupan gue yaitu fase ‘jerawatan’. Huh, gue pun berjerawat yang menyebabkan gue gak pede setiap kali gue bertatap muka dengan siapa pun, terutama sama si dia.
Karena di dalam hati gue, gue selalu merasa tidak pantas apabila gue disandingkan sama dia yang bernotabene ‘kinclong’ dengan gue yang bernotabene ‘kingkong’. Gue makin gak pede, gue makin gak jelas, gue makin dirundung rasa bersalah, yang pada akhirnya itu semua berdampak pada hubungan gue sama dia ke depannya. Alhamdulillah, pada saat naik ke kelas 3 SMP, gue dipertemukan lagi sama dia, tapi, gak semanis waktu kelas 1. Bisa jadi inilah dimulainya gue memasuki fase ‘getirnya cinta’. Sip, gue yang berubah dari anak ‘pendiam’ menjadi anak yang gak punya prinsip, ikut-ikutan bocah yang lain, suka pake kaos kaki hitam yang tingginya nyampe sepaha, terlihat seperti stocking emak-emak, haha. Semuanya serba merah, kuning, hijau, karena pada saat itu lagi musim ‘reggae mamen’. Ditambah dengan muka gue yang semakin ‘sangar’ karena membludaknya jerawat-jerawat level 0 sampai level 50, maka bisa lu bayangkan diri gue seperti bekantan jantan, hehe.
Emosi juga semakin meningkat diiringi dengan produksi sebum yang juga ikut-ikutan meningkat, gue menjadi orang yang penuh dengan amarah, emosi goyah, dan labil. Dan ini semua berdampak juga sama hubungan gue dan si anu, eh si dia, hehe. Pernah suatu ketika, gue sedang gambar, dia nanya ke gue “Faris lagi gambar gitar yah..?” gue yang pada saat itu sedang merasa tidak ingin diganggu menjawab sekenanya yang berbunyi “Ya iyalah!!” sambil gue masang muka gak enak banget, untungnya aja dia cewek baik, dan mau melihat gue apa adanya. Mendapat jawaban sejudes itu ya dia sontak kecewa, gue bisa melihat dari garis-garis di pipinya yang empuk itu (lagi-lagi gue sok tahu).
Makin ke sini makin makin goyang hubungan gue sama dia, dan pada akhirnya sampai sekarang gue gak pernah lihat lagi mukanya secara langsung. Besok dia ulang tahun, tepat tanggal 1 Agustus, gue ingin mengucapkan selamat ulang tahun, tapi males, soalnya gak pernah dibales, mungkin dia udah lupa sama gue. Oke fine. Ada satu hal yang sampai saat ini gue masih nyesel. Yaitu gue gak pernah ngungkapin perasaan gue ke dia. Catat tuh. Buat lu pada, terutama laki-laki, kalo emang suka sama cewek, ungkapin aja, ditolak gak masalah, karena ditolak ‘jadian yang tertunda’ ini gue mengutip dari Rian serial Malam Minggu Miko. Pokoknya ungkapin aja deh, mau dia nolaknya secara kasar, atau bikin lu nyesek, gak masalah, setidaknya, dia tahu bahwa elu suka sama dia. Gue juga berpikiran bahwa si dia, cinta pertama gue ini, emang bener-bener gak tahu perasaan gue yang sebenarnya.
Dia menganggap bahwa gue acuh tak acuh, sombong, pelit bicara, gak peka, gak pernah ngertiin perasaan dia, dsb. Padahal, kalau dia tahu apa yang ada di isi hati gue, mungkin dia akan terhanyut oleh gelombang samudra kerinduan. Nasi sudah menjadi rengginang, salah gue, karena gue juga waktu itu berharap dia akan nembak gue. Namun itu gak etis, cowok yang harus memulai, karena cowok adalah calon imam.
Demikianlah Artikel Kalau Ada Rasa, Ungkapkan
Sekianlah artikel Kalau Ada Rasa, Ungkapkan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kalau Ada Rasa, Ungkapkan dengan alamat link https://ceksemuanyadisini.blogspot.com/2014/08/kalau-ada-rasa-ungkapkan.html
0 Response to "Kalau Ada Rasa, Ungkapkan"
Posting Komentar