Judul : Tips dan Trik Cabut dari Sekolah
link : Tips dan Trik Cabut dari Sekolah
Tips dan Trik Cabut dari Sekolah
Pernah gak sih kalian merasa bosan apabila pada saat jam pelajaran di sekolah, tapi gak ngapa-ngapain? Luntang-lantung kesana-kemari gak jelas tanpa ada arah dan tujuan? Disuruh masuk sekolah tapi gak ada kegiatan belajar-mengajar karena Bapak dan Ibu guru lagi rapat sedangkan kalian memble di kelas? Menyimak curhatan teman kalian yang panjang tapi gak jelas apa yang dicurhatin? Atau pada saat class meeting, bagi kalian siswa-siswi yang memang gak berminat sama acara-acara seperti itu harus terpaksa berdiam diri di kelas. Mendengarkan lagu melalui headphone, sampai-sampai lagunya 33 kali diputar seperti wirid sehabis sholat, berusaha untuk ditidurkan namun gak bisa tidur karena speaker di kelas sangat berisik, atau bahkan melukai diri sendiri dengan mengukir nama mantan terindah menggunakan pisau silet ke lengan kalian? Gimana sih caranya supaya bisa pulang alias cabut dari sekolah tanpa ada yang tahu bahwa kalian itu sebenarnya mau cabut? Gue punya solusinya!
Gue pernah mengalami pengalaman ‘gaje’ seperti di atas waktu gue sekolah dulu. Kecuali yang ngukir nama mantan, gue gak pernah. Hiiyy. Merasakan kebosanan yang teramat sangat di kala hati ingin beranjak pergi dari sekolah, namun tidak diizinkan. Pikiran serta jiwa sudah di ada rumah, terbayang empuknya kasur, ademnya kipas angin sepoi-sepoi, dan mengalirnya air dingin melalui kerongkongan melepaskan semua dahaga. Namun itu semua hanya sebatas angan-angan, karena badan masih di sekolah. Gatot. Pada saat seperti itu otak gue selalu berputar, bagaimana supaya gue bisa bebas dan pergi sejauh mungkin dari tembok beton tersebut. Alhasil, pemikiran gue gak sia-sia. Terkadang ide gila tersebut berjalan mulus, namun terkadang berujung maut. Jleb. Tanpa babibu lagi karena elu semua pasti pada penasaran, ada yang mau sekadar baca atau ada yang langsung dipraktikkan keesokan harinya. Keputusan ada di tangan elu. Selamat membaca.
Tahapan berdasarkan sisi internalnya, yaitu:
1. Mantapkan Niat, Ucapkan Bismillah
Ilustrasi Gambar |
2. Pasang Tampang Tidak Berdosa Nan Memelas
Contoh Tampang Memelas |
3. Tenangkan Hati dan Pikiran
Ilustrasi Ketenangan |
Lanjut, ini penting banget. Kita harus tenang. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, serta jangan terlalu banyak persepsi bahwa kita nantinya akan ketahuan, ketangkap basah, diomelin, dihukum, dan digebukin. Anggap aja kita lagi jalan di mall, atau gak di pantai. Nikmati setiap langkah, jangan dibikin tegang. Kalau perlu, sambil bersenandung ria, jadi perasaan takut dan semacamnya akan tersingkirkan oleh ketenangan yang menjalar di dalam diri kita.
4. Jangan Tengak-tengok
Contoh Menengok yang Tidak Perlu Dilakukan Ketika Hendak Cabut |
5. Fokus
Ilustrasi Fokus |
6. Berjalan Jangan Terlalu Lambat Maupun Tergesa-gesa
Ilustrasi Jalan Terlalu Lambat |
Ilustrasi Jalan Cepat |
7. Optimis
Selama kita masih bernafas, selama itulah keoptimisan akan selalu ada. Optimis bisa diartikan sebagai percaya diri, percaya kepada kemampuan yang kita miliki, serta percaya bahwa kita akan mampu menjalaninya. Tidak berbeda apabila kita hendak ‘cabut.’ Kita harus optimis. Jangan sampai kita sudah setengah tahap, tapi seketika muncul keragua-raguan yang membuat kita menjadi setengah-setengah dalam menjalaninya.
Misalnya elu hendak cabut, pas udah di depan ruang TU, muncul rasa keragu-raguan yang membuat elu mondar-mandir selama 15 menit hanya untuk memutuskan, “Jadi cabut gak ya?” “Jadi gak ya?” “Apa gak usah ya?” “Balik lagi jangan ya?”
Bertindak bodoh layaknya demikian, bisa membuat elu ketahuan, dan petugas TU akan bertanya, “Ngapain kamu mondar-mandir? mau bayaran ya? mari silahkan masuk,” atau “Ngapain kamu mondar-mandir gak jelas? daripada mondar-mandir, mending cariin bapak air rebusan cacing, anak bapak lagi sakit tifus di rumah.” Jika sudah seperti itu, angan-angan elu mau pulang ke rumah seketika lenyap tanpa suara.
Ilustrasi Optimis |
Ilustrasi Labil |
8. Jangan Panik
Then, jangan panik. Biasanya kalau pemula emang suka panikan, dikit-dikit kaki bergetar, keringat dingin, bulu kuduk berdiri, bulu kaki berdiri, bulu hidung berdiri, dan bulu-bulu yang lainnya pun ikut berdiri.
Diusahakan tenang dan jangan banyak pikiran. Mentang-mentang di kelas sebelah guru killer lagi ngajar, terus kamu takut, saking takutnya sampai tiarap karena takut ketahuan. Santai aja guys! Justru yang namanya panik, gampang diterka bahwa elu emang lagi panik berat. Jika sudah ketahuan bahwa elu panik oleh mereka, mereka akan bertanya dengan cara menyudutkan bahwa elu memang punya ‘rencana kotor’.
Ilustrasi Jangan Panik |
9. Bila Ada yang Bertanya, Jawab Seperlunya Saja
Oke next. Ada pepatah yang berbunyi “Malu bertanya sesat di jalan” Gak ada hubungannya ya? oke gak apa-apa. Jikalau ada yang bertanya, entah siapa pun itu, diusahakan jawabannya harus singkat, padat, dan berbobot. Karena, bila kita menjawab panjang lebar akan dicurigai, apalagi menjawab panjang lebar tapi ngalor-ngidul tidak sesuai dengan konteks yang ditanyakan. Misalnya guru piket bertanya, “Mau kemana kamu?” Jawab saja, “Mau ke kamar mandi pak.” Lalu dia nanya lagi, “Kok bawa tas?” Jawab saja, “Iya pak saya mau mandi, habisnya gerah, jadi harus pake handuk.” Kalau sudah memberi jawaban seperti itu, si guru piket akan 50% percaya – 50% tidak. Contoh lain, apabila ditanya oleh satpam. Satpam bertanya, “Mau kemana, Dek?” Jawab saja, “Mau ke kantin, Pak.” Dia nanya lagi, “Kok bawa tas?” Jawab saja. “Oh ini buat temen-temen yang nitip makanan dan minuman, Pak.” Kalau sudah begitu, si satpam akan percaya-percaya saja. Contoh lain, jika ditanya oleh penjaga sekolah/ petugas kebersihan sekolah. Penjaga sekolah nanya, “Hei mau kemana?” Jawab saja dengan enteng, “Mau ke ruang guru, Beh.” Dia nanya lagi, “Kok bawa tas segala?” Jawab saja, “Yaelah si Babeh, kan mau nyerahin tugas, tugas banyak nih Beh, seabrek.” Dengan nada bicara sok akrab. Seketika itu juga, elu gak akan dicurigai. Yang agak sukar adalah ketika ditanya sama teman sekelas. Misalnya ditanya sama temen cewek yang agak rese, “Eh lo mau kemana? kok bawa tas? mau cabut lo ya?” Jawab saja dengan yakin, “Cabut? tampang alim kaya gue gini mau cabut? salah minum obat lo.” Terus dia bales, “Lah itu buktinya. Gue laporin lo ke kepala sekolah.” Nah, kalau sudah seperti itu, otomatis keyakinan elu jadi goyah. Diupayakan untuk tetap tenang bila mengalami kejadian seperti itu. Jika ditanya sama teman cowok, beda lagi. Misalnya, “Mau kemana lo bawa-bawa tas? mau cabut lo ya?” Jawab saja, “Yoi bro, lo mau ikut?” Paling mereka jawab, “Gue ikut dong.” “Gue juga.” “Gue juga dong.” Tapi ya tergantung mereka juga sih. Bisa jadi keesokan harinya elu dihukum karena ada yang melapor atas tindakan berencana elu itu.
10. Jangan Gugup
Selanjutnya, jangan gugup. Seperti yang sudah dipaparkan poin-poin sebelumnya, elu harus rileks. Sama saja seperti seorang striker, apabila ia ingin menceploskan bola ke gawang lawan, ia harus tenang serta yakin pada sasaran.
Tidak jauh berbeda kalau elu mau cabut. Contohnya adalah ketika elu sudah punya niatan kuat buat cabut, tapi ketika kaki mulai diayun, tiba-tiba kaki elu gemeteran karena saking takutnya, dan tiba-tiba ngesot. Jelas dong, kalau sudah gitu malah mencelakai diri elu sendiri.
Ilustrasi Jangan Gugup |
11. Bila Berhasil, Ucapkan Alhamdulillah
Jikalau poin 1 di atas adalah sebelum memulai aktifitas diharuskan membaca ‘basmalah’, maka di poin yang terakhir ini, kita diharuskan membaca ‘hamdalah’. Ketika elu sudah berhasil cabut dari sekolah, diupayakan jangan terlalu jemawa, tapi bersyukurlah.
Karena kita gak akan tahu kalau nanti ketahuan, digiring ke kantor kepsek, lalu orangtua dipanggil, kemudian diskorsing, uang bekel dikurangin, fasilitas gak ditunjangi. Gimana? Gue yakin elu pada kalau sudah kayak gitu, bakalan nangis meraung-raung memohon ampunan-Nya. Jadi, jangan lupa. Alhamdulillah.....
Ilustrasi Alhamdulillah |
Berbagai macam cara jitu untuk kabur dari sekolah, di antaranya:
1. Tenteng Tas Berlawanan dengan Guru Piket
Kenapa cara ini gue taruh di posisi pertama? Karena cara ini yang pernah gue praktikkan pada masa sekolah dulu, dan alhamdulillah. Berhasil. Gue pakai cara ini ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Namun, pada saat itu guru sedang rapat, dan beberapa kelas menjadi nganggur. Kesempatan tersebut tidak gue sia-siakan untuk ‘pulang lebih awal.’ Awalnya, gue sempat ragu-ragu, karena kebetulan, hari sedang hujan. Tapi, dikarenakan gue sudah bete banget dan gak tahu mau ngapain lagi di kelas, ya udah, gue nekat terobos hujan. Segeralah gue ambil tas lalu diam-diam keluar kelas tanpa sepengetahuan teman-teman.
Gue tenteng tas di samping kanan, karena di samping kiri gue adalah kelas-kelas yang sama nasibnya kayak kelas gue: nganggur. Jadi, dari penglihatan mereka ke arah gue, gue dikiranya gak bawa apa-apa, mungkin mereka kira gue mau ke toilet. Setelah berhasil dari tahapan pertama yaitu melewati koridor kelas, gue turun ke lantai 1. Nah di lantai 1 terdapat beberapa guru piket di seberang kiri, jadi gue gak merubah posisi tas, tetap di kanan. Sebetulnya mereka melihat gue lagi jalan, tapi kenapa gak dipanggil? Ya iyalah, karena dari penglihatan mereka, gue gak bawa apa-apa, cuma bawa badan doang. Setelah tahap kedua berhasil, muncul tahap ketiga, yaitu satpam di tempat parkiran. Awalnya pak satpam nanya ke gue, “Udah pulang, Dek?” Gue jawab sekenanya aja, “Udah, Beh.” Padahal, belum jam pulang, bel pulang sekolah aja belum berbunyi, haha. Ketiga tahapan sudah dilalui, maka gue dinyatakan berhasil, karena gue tinggal jalan ke depan gerbang, lalu sms ke Nyokap supaya dijemput. Hoho. Enaknya jadi gue.
Ilustrasi Menenteng Tas Secara Berlawanan |
2. Lompat dari Lantai 2, Kalau Berani dari Lantai 3 Juga Boleh
Mungkin cara ini paling disukai oleh siswa yang mempunyai hobby terjun bebas, terjun payung, dan paralayang. Cara ini dipakai jika di beberapa koridor sekolah, terdapat ‘orang-orang rese’. Mau gak mau elu harus ke jendela kelas, lalu siapkan nyali, dan loncat. Biasanya, yang gue tahu kalau mau loncat dari lantai terendah. Namun, kalau ingin lebih mendapatkan sensasinya, ya dari lantai teratas. Tapi jangan kaget jika sudah sampai di bawah, karena salah satu tulang ada yang sengkle. Diusahakan jangan berteriak, “Aaaaaaa ...!” karena akan memancing siswa-siswi lain. Apalagi teriak, “Aaaa ... uuuu ... ooooo ... uuu ... ooo...,” karena elu bukan Tarzan, apalagi simpanse. Kalau elu teriak, maka bukan tidak mungkin murid-murid lain akan menoleh ke luar jendela. Seketika itu juga elu akan ketahuan.
3. Melempar Tas, Lalu Disusul dengan Orangnya
Sama saja sih seperti poin di atas, yaitu lompat. Tapi kalau poin sebelumnya adalah lompat sambil memakai tas, maka di poin ketiga ini, tas dulu, baru orangnya. Gak mungkin banget kalau yang lompat elu duluan, terus tas, karena tas gak mungkin lompat sendiri. Masa elu harus teriak ke murid lain, “Woi! lemparin tas gue dong!” Bisa saja cara seperti demikian akan berhasil, tapi tak ayal siswa lain juga akan terpancing akan lolongan elu. Tahapannya tidak jauh berbeda, yaitu siapkan keberanian, lompati jendela kelas, lempar tas, lalu loncatlah sesuka ria. Dipastikan tas elu akan selamat, tapi gue gak bisa memberi kepastian, kalau elu juga bakalan selamat. Tas elu mungkin cuma kotor, tapi elunya pengkor.
4. Pura-pura Sakit
Menurut gue, cara ini basi, terkesan kuno, dan kolot. Mengapa demikian? Sebab, cara seperti ini sudah banyak dipraktikkan oleh murid lainnya. Terkesan kurang menantang dan cemen. Iya, masa dikit-dikit, “Pak/ Bu saya sakit, saya minta izin pulang ke rumah.” Padahal berbicara seperti itu sudah sampai 29 kali selama sebulan. Lebih parahnya lagi ditambah, “Aduh Pak/ Bu kayaknya saya sakit perut, saya mau pulang aja, boleh ya?” Mereka jawab, “Ya sudah, kamu boleh pulang.” Lalu tanggapan elu, “Yesss! makasih ya, Pak/ Bu,” *sambil jingkrak-jingkrakan*. Jika terlalu sering memakai cara ini, maka kedok elu akan ketahuan mamen. Berkreasilah secara jernih, masih banyak cara yang oke punya untuk memuluskan ‘rencana kotor’. Salah satunya di bawah ini.
5. Pura-pura Nganterin Teman yang Sakit ke Rumahnya
Berbeda dengan poin sebelumnya, kali ini elu cuma nganterin teman yang sedang sakit. Jadi, elu gak harus pura-pura sakit, yang harus dilakukan adalah bersedia tanpa pamrih menolong teman elu tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tapi, cara ini mungkin akan sangat jarang dilakukan, karena gak mungkin apabila setiap hari salah satu teman elu ada yang sakit. Masa iya elu harus bujuk teman elu supaya sakit? Jadi, jika ada teman elu yang sakit, berbaik hatilah kepadanya dengan maksud menolong dan ingin ‘pulang lebih awal’. Misalnya, “Pak/ Bu si anu sakit, dia mau pulang, ada baiknya saya antarkan ke rumahnya.” Maka Bapak/ Ibu guru akan menjawab, “Ya sudah, hati-hati di jalan.” Kalau sudah dikasih jawaban kayak gitu, elu dinyatakan berhasil. Tapi kalau jawabannya, “Ya sudah, tapi kamu jangan bawa tas, nanti balik lagi ke sini.” Elu dinyatakan gagal.
6. Pura-pura Jenguk Teman yang Sedang Sakit
Cara ini biasanya dilakukan secara berkelompok, sekitar 6-8 orang, jadi termasuk ‘rencana kotor kongkalikong’. Sangat jarang apabila ada murid ingin menjenguk teman yang sedang sakit, hanya seorang, atau dua orang. Karena, jika hanya seorang atau dua orang, bakalan gampang terbaca oleh guru piket, bahwa elu cuma speak dan cuma mau cabut. Lumrahnya, cara ini dipakai oleh sekawanan murid-murid loyal, setia kawan, dan sudah jenuh banget sama suasana sekolah. Karena niatnya memang beneran mau jenguk teman yang lagi sakit, tapi gak balik lagi ke sekolah, langsung pulang ke ‘sarang’ masing-masing. Kalau memang ada teman yang sakit parah, misalnya gak masuk udah hampir tiga minggu, itu merupakan kesempatan bagus untuk murid yang memiliki ‘rencana kotor’. Sebab, selama tiga minggu itulah mereka bisa mendapatkan izin ke luar sekolah, dan selama tiga minggu itulah mereka bisa langsung pulang ke rumah.
7. Pura-pura Jadi Sahabat Karib Teman yang Sedang Sakit
Mungkin hampir sama dengan poin di atas. Tapi bila ditelaah lebih lanjut, sangat berbeda. Jika poin di atas menjenguk teman yang memang dikenal oleh si penjenguk, tapi di poin yang ketujuh ini, sama sekali gak kenal, bahkan gak tahu namanya. Jenis ini memang terbilang cukup ekstrem serta menantang. Iya, karena kita gak tahu siapa sih orang yang akan kita jenguk. Misalnya, ada sekawanan murid dari kelas XII A ingin menjenguk temannya yang sedang sakit, sedangkan elu dari kelas XII F. Mereka sedang meminta izin kepada guru piket untuk diperbolehkan menjenguk teman mereka. Nah, selagi mereka berunding, di situlah terdapat kesempatan emas. Elu samperin aja mereka, terus nyempal-nyempil, atau gak harus nyempal-nyempil, cukup berdiri paling belakang dan rapatkan barisan. Tapi, harus hati-hati, karena bisa aja elu ketangkap basah. Contohnya, “Jadi semuanya ada 7 orang ya? ya udah boleh. Tapi saya hitung dulu.” Pada saat guru piket menghitung kembali siswa yang akan izin dan nyatanya ada 8 orang termasuk elu, maka guru piket pun bertanya, “Kok ada 8 orang? di kertas 7?” Seketika itu juga mereka akan saling berpandangan satu sama lain, dan elu yang paling belakang di antara mereka, akan dipandang oleh 8 orang. (kok 8 orang?) Ya iyalah, kan sama guru piket. Siap-siap dijewer.
8. Pura-pura Mau Survey ke Tempat PKL
PKL yang mempunyai kepanjangan Praktik Kerja Lapangan adalah suatu kegiatan yang pasti akan dilakukan ketika kelas dua SMK. Soalnya gue lulusan SMK, jadi merasakan masa-masa PKL. So, tahapan ini mungkin bisa dipraktikkan elu-elu yang sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan mamen. Tidak bisa dipungkiri, tahapan ini termasuk efektif, kan biasanya periode mencari tempat PKL berkisar satu bulan. Jadi, selama satu bulan itulah elu pada bisa ‘pulang lebih awal’. Tapi jangan keenakan, mentang-mentang bisa pulang lebih awal, urusan PKL jadi terbengkalai. Soalnya, PKL itu penting bagi siswa-siswi yang ingin merasakan dunia kerja. Diusahakan mencari tempat PKL tetap dinomorsatukan, baru pulang ke rumah. Jangan sampai pulang ke rumah dulu, baru nyari tempat PKL. Tahapan ini mungkin berkelompok, sekitar 4-8 orang. Tapi ada juga yang sendiri, tergantung minat masing-masing. Bagi gue, tahapan ini lumayan gampang, karena guru piket jarang nanya, “Kok bawa tas?” atau “Nanti ke sini lagi.” Biasanya jika sudah minta izin mau ngurusin tempat PKL, bawa tas juga boleh. Namun tergantung jarak tempuh tempat PKL, kalau tempatnya dekat dari sekolah, ada kemungkinan disuruh belajar lagi di kelas tercinta. Pengalaman yang pernah gue alami sih gak begitu, gak tau kalau teman-teman yang lain.
9. Pura-pura Mau Ikut Lomba Antarsekolah
Nah cara kali ini mungkin sedikit nyeleneh. Nyeleneh apabila ada siswa yang memang tidak mempunyai bakat dan minat serta tidak ada semangat juang untuk berkompetisi dengan siswa lain. Namun, malah ikut berpartisipasi dengan mengikuti lomba antarsekolah hanya untuk ‘pulang lebih awal,’ oh no. Bisa dibilang licik, namun cerdik. Misalkan elu berpura-pura jago di bidang olahraga, semisal olahraga basket. Padahal, elunya sendiri gak bisa main basket, bahkan sama bola basketnya pun alergi. Biasanya kan kalau mau ikutan lomba, pasti ada saja peralatan yang belum dibawa, kelupaan, ketinggalan, atau memang sengaja ditinggal. Contohnya, “Pak/ Bu saya izin, mau ambil sepatu basket.” Guru piket menjawab, “Ya sudah.” Dipastikan berhasil. Tapi jika jawabannya, “Ya sudah, tapi ingat! Jangan bawa tas, nanti ke sini lagi, dan kamu harus bisa memberikan perlawanan sengit kepada lawan-lawanmu yang akan dihadapi nanti, lalu kamu juga harus menjuarai serta membawa pulang trofi tersebut ke sekolah kita tercinta ini, mengerti?” Saran gue elu harus jawab, “Oh gitu ... ya udah mulai detik ini saya mengundurkan diri.”
10. Pakai Tirai Sekolah
Cara ini, dipakai oleh sebagian siswa-siswi yang sangat senang membaca dongeng “Pangeran Menyelamatkan Putri” atau dalam bahasa Inggrisnya “The Prince Help The Princess”. Biasanya, orang-orang yang memiliki fantasi tinggi sering menggunakan cara ini, karena mereka beranggapan sedang ada di dunia dongeng. Namun, tidak setiap kelas mempunyai tirai/ hordeng, ada juga kelas tanpa tirai, tanpa sekat, bahkan tanpa jendela, ekstrem memang. Buat gue, poin ini lumayan berbahaya, apalagi kalau tirainya rapuh dan mudah putus. Contoh, elu dan kawan-kawan mau cabut ‘berjamaah,’ kebetulan ada tirai sekolah lusuh melambai-lambai terkena angin seakan-akan memanggil, “Kemarilah ... mau pulang gak ...?” Lalu, elu dan kawan-kawan segera mengikat tirai ke salah satu meja kelas. Setelah itu, tirai dijatuhkan ke luar jendela, segeralah elu dan kawan-kawan turun beramai-ramai. Dikarenakan bobot berat badan masing-masing siswa lumayan berat, maka si meja tidak kuat menahan beban elu dan kawan-kawan, dan seketika itu juga kalian akan jatuh bersama dengan tirai ... dan meja, bruk!
11. Sok Aktif
Menurut pandangan gue, tahapan ini digunakan bagi orang-orang yang aktif di organisasi, seperti OSIS, PMI, PASKIBRA, dan lain-lain. Cara seperti ini juga tidak terlalu dicurigai oleh para guru, guru piket, dan juga teman-teman. Kenapa? karena tahapan ‘sok aktif’ ini seperti fatamorgana. Jadi, orang lain melihat kita sangat aktif, tapi padahal mah nggak. Tahapan ini gak harus digunakan bagi orang yang aktif saja, bisa juga dipraktikkan bagi siswa yang super memble, kayak gue ini. Iya, apa susahnya sih berpura-pura aktif, yang menurut gue itung-itung sedang mengasah kemampuan akting kita (bagi yang suka akting). Contoh, beberapa hari ke depan akan diadakan lomba puisi antarkotamadya. Nah, elu harus inisiatif bagaimana caranya supaya elu bisa ikut serta dalam lomba puisi tersebut, ya minimal jadi seksi angkut barang lah, walaupun elu sebagai anak bawang. Nah, kalau elu udah ikut serta, ada banyak alasan-alasan bagus yang sudah elu kantongi. Misalnya elu akan mendata setiap siswa yang mau lomba tersebut dengan cara mendatangi sekolah-sekolah di setiap kotamadya, sudah pasti elu akan izin keluar dengan alasan ‘ingin mendata setiap siswa’ atau ‘ingin memantau mereka’.
12. Sok Sibuk
Tidak jauh berbeda dengan tahapan di atas. Akan tetapi, yang dimaksud dalam tahapan ini adalah sibuk, bukan aktif. Aktif sudah pasti sibuk, sibuk belum tentu aktif (pepatah gue). Jadi, berpura-puralah sibuk di depan orang banyak walau gak ada acara atau kepentingan yang dianggap penting. Sibuk juga menandakan elu siswa yang smart, kompeten, dan cerdas. Misalnya, di sekolah elu ada acara yang membutuhkan speaker, kebetulan elu juga merangkap sebagai tukang reparasi speaker-speaker untuk acara semisal kondangan, atau gak elu punya speaker yang dimaksud. Oleh sebab itu, elu pasti akan dibutuhkan dan diandalkan oleh mereka. Bilang aja begini, “Bu/ Pak, saya izin mau ngambil speaker di rumah.” Terus mereka jawab, “Tapi nanti ke sini lagi ya?” Elu jawab, “Ya iyalah, kan mau ngambil speaker.” Saran gue, usahakan elu ngambil speakernya aja, gak usah sama colokannya, supaya nanti elu bisa izin lagi. “Bu/ Pak maaf sebelumnya, saya khilaf, colokannya ketinggalan.” Mereka jawab “Haduuuhh ... ya udah sana!” Jika mereka sudah jawab seperti itu, maka elu dinyatakan berhasil dan diperbolehkan gak akan balik lagi ke sekolah. Kemungkinan paling buruk yaitu elu jadi buron karena tidak kunjung datang membawa colokan speaker dan akan menjadi bulan-bulanan pihak sekolah di kemudian hari, gak usah kemudian hari deh, keesokan harinya juga udah menjadi butiran debu. Habis tak tersisa.
13. Kelabui Satpam/ Penjaga Sekolah
Sebenarnya sih, mengelabui satpam/ penjaga sekolah tidaklah terlalu susah seperti apa yang dibayangkan kebanyakan orang. Apalagi satpam/ penjaga sekolahnya oneng alias o’on. Tahapan ini juga pernah gue praktikkan ketika gue sekolah dulu, satu paket dengan poin pertama di atas. Tapi ya bergantung pada si satpamnya sendiri, ada yang acuh tak acuh, ada pula yang sangat ketat, seperti stocking emak-emak. Bagi kalian yang sekolah dan dijaga oleh satpam oneng, maka kalian sangatlah beruntung dianugerahi seorang malaikat terpilih dari Tuhan Yang Maha Pemberi. Namun, bagi kalian yang sekolah dan dijaga oleh satpam ber-stocking emak-emak, maka kalian sangatlah terhina dianugerahi seorang malaikat penjaga pintu neraka. Misalnya ketika elu mau cabut dan kebetulan sedang dijaga oleh satpam oneng, “Hei Dek, mau kemana?” Elu jawab, “Mau jajan, Beh.” Kata satpam oneng, “Kok jajan bawa-bawa tas?” Terus elu jawab, “Iya kan Bude kantin nitip kresek sama gue, Beh.” Maka dia akan menjawab, “Oh ... iya deh.” Dipastikan elu berhasil. Namun jika yang jaga adalah si satpam stocking (ketat), tidak akan semulus seperti satpam oneng, “Hei dek, mau kemana kamu?” Elu jawab, “Mau jajan, Beh.” Tanya satpam stocking, “Kenapa itu bawa tas? Mau cabut kamu? hah?!” “Ngg ... nanti saya kan jajannya banyak, jadi kalau gak muat bisa dimasukin ke dalam tas, gitu Beh.” Satpam stocking menjawab, “Kan pake kresek bisa.” “Iya sih, tapi lebih sreg pake tas Beh.” “Hmm ... saya kurang percaya, yaudah, tapi kamu saya antar, ayo jalan!” “I ... iya Beh ....” Jika sudah seperti itu, saran gue mendingan elu beli stocking dan kasih ke satpam stocking “Nih Beh, stocking dari gue! biar lebih ketat!”
14. Pencet Alarm Sekolah
Tahapan ini bisa dibilang agak berbahaya jika elu-elu bermental oncom, karena butuh kepandaian dan keberanian yang mumpuni untuk bisa memencet alarm sekolah. Kalian bisa belajar bagaimana memencet alarm sekolah dengan benar dari game ‘Bullworth Academy’ atau yang lebih dikenal ‘Bully’. Terlebih, bagi yang dulunya suka iseng memencet bel tetangga, lalu kabur secepat kecepatan cahaya pasti sudah gak canggung lagi, karena punya pengalaman. Risiko dari tahapan ini adalah mungkin elu ketahuan saat memencet alarm oleh pihak sekolah, yang pada akhirnya elu akan diteriaki, “Woii! iseng banget ya!” atau “Woi kampret! anak siapa lo?!” Kalau gak mau diteriaki seperti itu adalah dengan cara seperti ini, yang pertama harus dilakukan adalah mengecek situasi dan kondisi, apakah sudah aman atau belum. Jika belum aman atau situasi masih belum kondusif, lebih baik tahan dulu niatan picik tersebut. Tunggu sampai aman atau situasi dan kondisi sudah kondusif. Jika sudah, berjalanlah santai menuju alarm sekolah, lalu secepat cahaya tangan elu segera memencet/ menggeser/ menyentuh/ menonjok bahkan menjilat alarm sekolah “kriiiiiiiinggg ...!” Maka, siswa-siswi akan berhamburan keluar kelas sambil berteriak histeris, “Decepticon akan menyerang kita! tidak! tamatlah riwayat kita!” Tidak ketinggalan elu selaku pelaku alias biang kerok ikut-ikutan berteriak, “Cepat pulang ke rumah masing-masing kawan! sop buntut di rumah sudah dingin!” Jangan lupa, selagi berteriak histeris, jangan joget-joget, jangan cengar-cengir, apalagi ngakak, “Hak hak hak ...! akhirnya gue pulang! yes!” Pasanglah muka kecewa, panik, serta kejang-kejang supaya orang lain tidak curiga kepada elu. Mengerti?
15. Cabut Berjamaah
Last. Berjamaah atau juga bisa diartikan bersama-sama, beramai-ramai, berbondong-bondong, berbarengan, together, dan berpelukan. Eh sorry, kalau berpelukan kayaknya nggak deh. Cabut bisa diartikan menarik dan mengambil sekuat tenaga, tapi anak-anak kekinian cabut diartikan pergi, beranjak, dan ‘kabur’. Menurut gue yang paling aneh adalah ‘cabut= kabur’. Gak etis banget. Mungkin akan sangat konyol ketika elu sedang berwisata ke daerah pertanian, lalu elu menghampiri bapak-bapak yang sedang memanen hasil panennya dengan berkata, “Pak, boleh saya kabur umbi-umbiannya?” Maka detik itu juga si Bapak akan bergumam, “Kampret, gue manen susah payah, malah mau dibawa kabur” Tapi kali ini, gue gak akan ngebahas umbi-umbian, karena udah jelas tema yang diusung adalah “tips dan trik cabut dari sekolah” bukan “tips dan trik bawa kabur umbi-umbian”. Let forget it. Tahapan ini bagi gue sangat berbahaya, jangan ditiru, tapi asik. Kenapa asik? Karena kita bisa saling sharing bagaimana cabut yang benar ketika elu dan kawan-kawan sedang cabut berjamaah. Jadi cabut sekalian ngobrol tentang cabut. Jangan puyeng ya readers, hehe. Lalu keuntungan lainnya adalah elu gak merasa sendiri bahwa elu itu salah, karena teman-teman lain juga salah, istilahnya elu ‘ada yang nemenin’. Bahkan, jika elu ketahuan dan dihukum, gak terlalu berat-berat amat, karena yang dihukum beramai-ramai. Guru pun mungkin akan berdecak karena kesal atau berdecak karena kagum. Kesal karena murid-muridnya bandel, kagum karena mereka kompak. Cara ini mengindikasikan bahwa elu dan kawan-kawan sangatlah erat, tenggang rasa, dan mempunyai jiwa solidaritas tinggi. Akan tetapi, diusahakan jangan sampai ketahuan, namun rasio ‘tidak ketahuan’ mungkin 5%, mengapa? karena ya itu berbondong-bondong. Saran gue elu-elu pada boleh menggunakan cara ini ketika guru sedang rapat, tidak ada guru, tidak ada penjaga sekolah, tidak ada satpam, serta tidak ada tanda-tanda aktifitas pengajaran yang sedang berlangsung. Selain daripada itu, mungkin kalian akan ketangkap basah dan akan dihukum kayang sambil melompati lingkaran api.
Apabila kita ketahuan atau gagal total, maka yang perlu dilakukan adalah:
1. Berpura-pura Ingin ke Toilet
Satu hal yang pasti adalah ketika elu ketahuan mau cabut, maka hal yang harus dilakukan adalah berpura-pura ingin ke toilet. Menurut gue alasan ‘kampret’ ini cukup banyak dipakai bagi siswa yang bego/ gagal mau cabut. Cara ini cukup praktis nan ekonomis di kalangan para siswa, karena bisa dibilang ‘alasan basi’. Kenapa alasan basi, karena dibenak setiap siswa yang ingin kabur dari sekolah pasti selalu ada alasan-alasan ‘jadul’ apabila mereka mungkin terpergok mau cabut, salah satunya berpura-pura ingin ke toilet. Contohnya ketika elu mau cabut tiba-tiba dari arah berlawanan datang guru/ guru piket/ wali kelas/ kepsek/ wakepsek/ dan sebagainya yang bertanya ke elu, “Hayo mau kemana kamu? mau kabur ya?” Maka jawaban praktis pun harus elu lontarkan dengan lantang, “Mau ke kamar mandi Pak/ Bu.” Tapi sialnya ketika elu melontarkan ‘alasan basi’ tersebut, tidak sadar bahwa elu sedang membawa tas. Guru menjawab, “Mau ke kamar mandi kok bawa tas? Bohong kamu!” Elu balas, “Iya Pak/ Bu soalnya di dalam kamar mandi saya dan teman-teman mau belajar kelompok.” Nah, sesudah itu cepat-cepatlah elu masuk ke kamar mandi dan berkata, “Halo teman-teman ... ih, eeknya siapa nih?! kena pensil gue!" Guru pun akan bergidik ngeri.
2. Berpura-pura Ingin ke Kantin
Alasan yang nggak kalah ‘basi’ adalah berpura-pura ingin ke kantin. Cara ini dipakai sekitar 60% siswa-siswi bego yang terpergok mau cabut, dan terpilih sebagai cara kedua yang sering digunakan berdasarkan pemikiran gue, hoho. Biasanya, cara kedua ini digunakan ketika siswa-siswi terpergok di samping ruangan TU (Tata Usaha), koridor depan, dan di tempat parkiran yang kebetulan di sampingnya adakantin. Menurut gue kantin adalah sarana perlindungan yang cukup aman bagi siswa-siswi yang mempunyai niat licik, contohnya mau cabut. Serta, kantin merupakan alasan tepat dan tempat yang paling dimaklumi bagi setiap guru di berbagai belahan dunia, bukan belahan pantat lho ya. Mengapa? karena mungkin setiap guru pasti memaklumi siswa-siswi yang ingin makan atau kelaparan karena didiagnosa tiga hari sebelumnya sedang menjalani ‘heavy diet’. Maka pihak guru pun mengimbau segeralah makan, karena nanti takutnya malah mati kelaparan di sekolah yang menyebabkan pihak sekolah merasa dirugikan. Contohnya ketika elu kepergok mau cabut dan guru bertanya, “Mau ngapain? kok bawa tas? kan belum waktunya pulang?” Elu jawab, ”Ngg ... mau ke kantin Pak/ Bu hehe.” Guru merespon, “Ya sudah kalau mau ke kantin gak usah bawa tas.” Elu balas, “Saya mau sekalian belajar kelompok bareng sama mbak-mbak es kelapa muda, soalnya dia itu mantan peraih olimpiade matematika tingkat provinsi, gitu ....” Mungkin guru pun akan bergumam aneh, “Kok bisa ya peraih olimpiade banting stir jadi tukang es kelapa muda?” Elu pun ikut bergumam, “Kok bisa ya itu guru percaya aja, hak hak hak ....”
3. Balik Badan, Lalu Pejamkan Mata
Nah ini, tahapan yang menurut gue sering digunakan oleh siswi ‘nakal’ tipikal ‘penggoda’ dengan hasutan mematikan macam ular kobra, kok kayak discovery channel ya. Tentu, kenapa? karena gak mungkin banget kalau cowok pakai cara ini, gak gentle mamen. Masa cowok ketahuan mau cabut terus balik badan serta memejamkan mata, ih gak banget, karena cara ini tuh kesannya cute, menggemaskan, dan agak ‘alay’. Sebagai cowok, kalaupun ketahuan mau cabut mendingan dihukum sekalian, itu baru gentlemen. Daripada memejamkan mata terus lalu terbirit-birit seperti penari balet, iyuh. Juga, tahapan ini dipakai bagi kalangan siswi yang memang cuma iseng aja mau merasakan ‘gimana sih rasanya jadi anak yang agak bandel?’ Misalnya gadis X sedang berjalan di koridor sekolah dengan maksud mau ‘pulang lebih awal’, tanpa disadari olehnya di depan ada satpam yang rada ganjen bertanya diselipi pertanyaan menggoda, “Neng, mau kemana neng? mau kabur ya? kok jalannya buru-buru gitu? mau abang bopong biar lebih cepet?” Jujur, kalau gue punya cewek dan digoda kayak gitu, gue ajak ribut satpamnya di lapangan, dia tangan kosong, gue pake pecut kuda lumping. Maka, karena gadis X merasa takut akan pertanyaan dari satpam tersebut, dia pasti akan membalikkan badannya seraya memejamkan mata dan berkata di dalam hati, “Kampret ... ketahuan ... Ya Tuhan tolong aku dari ancaman dedemit itu ... aku janji gak akan kabur lagi ....” Lalu mengucapkan istighfar 33 kali
4. Ucapkan “Iya Pak/ Iya Bu”
Tahapan selanjutnya adalah mengucapkan dua kata saja yakni ‘iya pak’ atau ‘iya bu’. Tahapan ini bisa dibilang tahapan bagi para siswa-siswi yang males mikir. Jadi, perkataan yang akan mereka ucapkan tidak jauh dari ‘IYA’. Karena kalau menjawab ‘NGGAK’ takut disangka melawan kepada Ibu dan Bapak guru. Contohnya elu ketangkap basah mau kabur oleh ibu guru seraya dia menghardik elu dengan hujaman tidak senonoh seperti, “Mau kabur lagi ya kamu?! dasar gak tahu diuntung kamu sudah sekolah di sini, mana SPP belum bayar! ini malah mau kabur! balik lagi sana ke kelas!” Elu pun menjawab, “Iya, Bu ...,” dengan nada yang datar dan begitu alami. Awas, jawabnya jangan “Njeh, Bu ....” karena biasanya di beberapa sekolah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau bahkan nanti malah gurunya tersinggung karena yang dia dengar adalah “Njing lu, Bu ....” Bisa berabe urusannya guys. Kemudian, jangan sampai lupa menyisipkan kata ‘Bu’ dan ‘Pak’ di akhir kalimat. Contohnya begini, Bapak guru membentak “Kamu lihat tuh teman-teman kamu, mereka semangat belajar! gak ada yang kayak kamu! males-malesan! tiap hari pasti mau kabur! hayo sana ke kelas!” Elu refleks menjawab, “Iya, Bu.” Dipastikan si bapak guru menghardik elu lebih keras, “Bu? kamu jawab bu?! memangnya saya lekong?!” Dan, parahnya elu malah menjawab dengan perkataan yang sama, “Iya Bu. Maaf Bu,” seketika, Bapak guru tersebut mengundurkan diri dari sekolah dimana ia mengabdi. Tamat.
5. Cengengesan
Apa yang kalian pikirkan tentang cengengesan? gak tahu malu, cengar-cengir, kikuk, gaje (gak jelas), garing, kesambet? Yang gue tahu dari kata cengengesan adalah ketika seseorang berbuat kesalahan atau keteledoran dan dia berusaha untuk menyeringai dengan maksud supaya lucu, dapat dimaklumi, atau mengandung pesan: saya memang salah, maafkanlah saya. Ya, di dunia persekolahan cengengesan bukanlah hal yang tabu. Cengengesan banyak dilakukan oleh siswa-siswi yang membuat suatu keteledoran kecil sampai yang fatal. Tidak ada bedanya ketika elu ketahuan mau cabut, pasti ada saja para siswa-siswi yang cengengesan. Mereka berbuat demikian karena saking nge-blank-nya otak mereka sehingga tidak ada lagi sepatah dua patah yang akan mereka keluarkan dari mulut mereka. Jadi, mereka tuh udah gugup banget. Maka, hal yang pasti akan ditunjukkan adalah dengan menyeringai selebar-lebarnya. Contohnya elu ketangkap basah oleh kepala sekolah ketika elu sedang tiarap karena takut ketahuan olehnya. Dia berkata, “Heh heh itu kok bawa tas segala? mau ngapain? sana balik lagi ke kelas!” Sudah dipastikan karena kaget ditegur oleh kepala sekolah yang mempunyai jabatan tertinggi di sekolah, elu pun panik dan cuma bilang, “Eheheehh ... eheheheh ... nggak ... Pak ... mau ... eheheheheh ... eheheheheeh ....” Terus eheheheh sampai bel pulang berbunyi.
6. Sok Ramah
Selanjutnya, tahapan kali ini setidaknya lebih bermutu daripada tahapan di atas. Tahapan yang bisa disebut SKSDSR ini (Sok Kenal Sok Deket Sok Ramah) terbilang jarang digunakan oleh setiap siswa-siswi yang ketahuan mau ‘pulang duluan’. Lebih bermutu karena menurut gue pribadi terkandung rasa hormat serta sopan santun di dalamnya. Misalkan pada saat elu celingak-celinguk di koridor sambil menenteng tas, lalu di belakang kebetulan ada wali kelas sembari menegur “Hei Nak, mau kemana kamu?!” Otomatis reaksi yang akan elu dapat adalah kaget. Jawablah dengan ramah “Eh Ibu ... dari tadi gak kelihatan, mau kemana, Bu?” tidak lupa sembari senyum-senyum ‘mupeng’. Ibu guru membalas, “Mau ke kelas, kan sekarang kita ada jam pelajaran. Oh iya sekarang kan bagian kamu maju ke depan kelas membahas logaritma yang sudah Ibu bahas minggu lalu.” Spontan elu membalas, “Eh Ibu, itu di belakang ada apaan?!” sontak Ibu guru akan menoleh ke belakang, dan ketika dia menoleh, saran gue cepat-cepatlah elu menghilang. Wusss.
7. Sok Peduli
Tidak jauh berbeda dengan cara sok ramah di atas, perbedaannya mungkin cara ini lebih intim. Cara ini disenangi oleh para murid yang suka basa-basi atau bertele-tele dalam mengemukakan pendapat atau pemikirannya. Juga disukai oleh siswa-siswi yang mempunyai jiwa negosiasi tinggi serta berhasrat untuk menjadi negotiator ulung. Cara ini juga bisa dibilang sebagai cara yang paling berkualitas dan bermutu, karena dibutuhkan softskill serta kreatifitas tinggi untuk bisa menggunakan cara ini. Misalnya gadis Y ketahuan mau ‘pulang duluan’ ketika dia sedang mengendus-ngendus lantai bahwa wilayah tersebut aman untuk dipijak. Serta merta guru piket melabrak perbuatannya sembari berkata “Hei Y, kamu ngapain ngendus-ngendus lantai? kayak tapir aja kamu!” Maka si Y pun berdiri lalu berkata, “aduh si Bapak ... kemana aja ...? Ih bulu hidungnya belum dicukur ya ...? nyampe menyembul gitu ... hik ... hik ...,” gadis Y tertawa geli. Serta-merta si guru piket akan tersipu malu, lalu beranjak pergi untuk menggunting bulu hidungnya yang seronok. Ya siapa yang gak malu lah, kalau disindir bulu hidung nyampe keluar-keluar, hahaha. Kalau elu punya kemampuan komunikasi seperti itu, maka niatan licik pun akan berjalan dengan lancar. Gue meyakini bahwa ilmu adalah kunci kesuksesan kita, baik untuk kehidupan dunia dan akhirat kelak. Lalu, contoh yang kedua. Pemuda Z ingin ‘pulang duluan’ dan dia ternyata sudah diketahui gelagatnya oleh guru piket setempat. Ia pun ditegur oleh guru piket, “Hei Z! Ibu lihat tingkah kamu agak aneh. Bawa-bawa tas segala, mau cabut?! ya?!” Z menjawab, “Eh ada ibu ... ya ampun kok Ibu nuduh saya yang nggak-nggak. Saya bawa tas soalnya saya gak mau barang-barang saya ada yang mencuri, kan Ibu tahu bahwa di kelas saya banyak terjadi kasus pencurian.” Sebagai guru baik pasti ia akan merespon, “Benarkah ada kasus pencurian di kelasmu? Ibu akan sweeping sekarang!” Tapi jangan sekali-sekali elu berkata, “Eh ada Ibu ... ya ampun astaga naga naga! kok kerutan di muka Ibu makin banyak sih, udah gitu ... maaf, nenen Ibu udah kendor, terus badan Ibu makin lebar ya ... kalau dilihat-lihat seperti ... maaf, layangan koang.” Gue yakin pulang-pulang si guru piket langsung operasi plastik.
8. Bersikap Acuh Tak Acuh
Nah ini dia, tahapan ini sering digunakan oleh siswa-siswi yang selow mamen alias santai gila, atau kebalikannya dari tahapan di atas. Gue sarankan elu pada kalau mau coba pakai cara ini diharuskan memiliki mental yang kuat. Karena bukan tidak mungkin permasalahan akan muncul nantinya. Bukannya gue sok tahu, tapi kan coba aja elu pikirkan kalau ditegur sama Bapak/ Ibu guru terus elu ngeloyor aja, itu kan udah kurang ajar banget (buat mereka). Contoh, pemuda A kepergok ketika ia sedang manjat pagar sekolah, lalu guru piket berteriak, “Stop A! Stop! Turun kamu! turun!! Jangan sampai urat Bapak keluar!” Karena terdengar teriakan guru piket memanggilnya, si A hanya menoleh, lalu melanjutkan aksinya memanjat pagar dan ia berhasil meloloskan diri. Kontan, guru piket akan berteriak “Gwwrrrraaahhhh ...! kembali kamuhhh!! urat Bapak udah keluar nih! kamu mesti lihat!” Memang hari itu juga pemuda A berhasil kabur, namun keesokan harinya pasti dia akan menerima surat skorsing dari sekolah.
9. Pura-pura Gak Dengar
Sama halnya seperti tahapan sebelumnya, tapi tahapan kali ini lebih ‘seronok’ lagi. Mungkin kalian merasa jengkel apabila kalian memanggil teman kalian, tapi teman kalian tidak dengar atau bahkan pura-pura gak dengar atau yang lebih parah gak mau dengar atau emang budeg. Tidak jauh berbeda apabila ada seorang guru yang memanggil anak didiknya tapi anak didik tersebut pura-pura gak dengar karena takut kalau disuruh yang macam-macam, semisal disuruh ngelempar petasan kretek ke supir angkot. Pilihan pura-pura gak dengar bisa elu gunakan selagi elu mau ‘pulang lebih awal’. Buat gue cara ini paling ‘dablek’ dari sekian cara yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kenapa dablek? karena orang yang memanggil dianggap angin lewat. Misalnya guru piket berteriak ke si X “Hei hei!! Itu ngapain nunduk-nunduk X?!” Namun karena X gak merespon, maka ia berteriak lebih kencang, “Gheiiii! Ngapain kamu?!” Tapi yang terdengar si X hanyalah: ssshhh ... ssshhh ... zzzhh ... zzhhhuuhh .... X berkata, “Kayaknya mau hujan, anginnya kenceng banget.” Contoh lain misalnya, elu ketangkap basah ketika mau menghidupkan motor karena elu men-starter dengan terburu-buru yang menyebabkan kaki elu nyenggol motor disebelahnya sampai jatuh. Lalu elu didatangi oleh guru yang kebetulan lewat. Guru bertanya, “Belum waktunya pulang, ngapain kamu ngehidupin motor?! Mau kabur?! saya bilang kepala sekolah kamu!” Tapi elu malah jawab, “Maaf gak ada uang receh,” atau menjawab “Iya, motor saya memang bagus, makasih.” Malam harinya elu bakalan diajakin balapan liar.
10. Membohongi
Siapa sih di antara bermilyar-milyar umat manusia yang gak pernah bohong, gue yakin pasti semuanya pernah. Sama semisal kita pasti pernah nonton video bokep. Kalau gak nonton video ‘senonoh’ macam itu, kita gak akan pernah tahu caranya bikin anak kayak gimana. Lalu kita gak akan pernah tahu mau dimasukin ke lobang yang mana. Iya kan? Kenapa jadi menjurus ke hal beginian ya. Maaf. Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa ‘bohong demi kebaikan’ itu gak dosa, tapi siapa bilang. Wallahualam. Yang namanya bohong walaupun demi kebaikan tetap aja gak baik. Tapi terkadang kejujuran itu terasa menyakitkan. Misalnya elu punya pacar cantik, bahenol, montok, kinclong, baik, pengertian, dan lain-lain. Lalu tiba-tiba dia mengutarakan isi hatinya di depan Ramayana sembari berteriak lantang “Perhatian perhatian! Saya minta perhatiannya sebentar! Saya mau mengungkapkan isi hati saya kepada pria yang di depan saya ini, si kumel dari Gunung Bentang. Saya merasa dijajah sekurang-kurangnya 8 bulan. Tiap kali kita nge-date, saya yang selalu bayarin dia! Dia gak pernah ngeluarin duit sepeser pun! apalagi traktir, alesannya sih dia cuma punya ringgit, tapi pas saya cek isi dompetnya, yang ada cuma sarang laba-laba sama rokok setengah batang yang udah buntung! cuih!” Pengunjung pun bersorak, “Huuuuhhhh ...,” lalu ada yang menimpali, “Ceburin aja ke got!” Pacar elu ngomong lagi, “Udah gitu selain isi dompet saya terkuras, yang bikin saya kecewa ternyata dia pacaran sama mama saya! Angghuiikks ... enghhhhss ... ekhsss ... ekhss ...,” berlinang air mata. Dia ngomong lagi, “Oleh karena itu, saya minta anda semua menjadi saksi bahwa saya pengen PUTUS dari dia!” sambil tangannya menunjuk ke arah elu yang mengakibatkan elu seperti kurcaci ambigu. Cetar. Nah itu dia, udah mah diputusin, eh aib dibuka-buka juga. Balik lagi ke dunia ‘cabut mencabut’. Tahapan kali ini juga dibutuhkan ketenangan luar biasa, kemampuan berbicara yahud, serta kejelian untuk berbohong. Misal, elu sudah digiring oleh guru piket ke ruangan kepala sekolah supaya elu mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatan tercela. Pada saat digiring, elu bilang, “Bu, saya kebelet pipis nih, aduh.” Dia jawab, “Halah ... palingan kamu ngibul, udah diem! Jangan macem-macem!” Elu balas, “Bu, tadi saya lihat pagi-pagi suami Ibu boncengan sama cewek lho.” Pasti dia membentak, “Jangan ngawur kamu! emangnya kamu tahu suami ibu kaya gimana?!” Elu jawab aja sekenanya, “Tahu, yang rambutnya pendek, kumisan, agak gempal, rambutnya agak ikal. Bawa motor matic.” Mungkin dia akan terperangah karena hampir mirip dengan ciri-ciri suaminya. Elu ngomong lagi, “Tadi tangan si cewek melingkar di pinggang suami Ibu, rapet gitu, terus badan si cewek menyorong ke punggung suami Ibu, romantis banget.” Bukan tidak mungkin si guru piket akan berteriak, “Gwwwrraahhh ...! cukup! hentikan!” Lalu ia melengos pergi sambil membawa kain pel yang ujungnya seperti tombak.
11. Yang Terakhir, Melarikan Diri
Sebelum gue membahas tahapan yang terakhir ini. Izinkanlah gue mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah membaca, lihat-lihat, atau sekedar iseng-iseng buka blog gue. Yah, walaupun masih banyak kekurangan, ini juga topiknya ngebahas cabut dari sekolah, gak mendidik ya, emang. Gue juga mengiyakan. Tapi ya hitung-hitung melatih kemampuan mengetik, menulis, mengutarakan pendapat, berbagi pengalaman, dan bahan tawaan (kalau lucu).
Oke, yang terakhir tapi bukan yang terakhir dari blog ini. Tahapan the last ini bisa dipraktikkan oleh satu orang (individu) dan juga oleh bersama-sama (together). Lazimnya tahapan ini sering digunakan bagi para siswa-siswi yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang copet, karena larinya sudah terbukti kencang. Tahapan terakhir ini dikategorikan sebagai tahapan ‘ekstrem’ atau berbahaya. Gue ingatkan kembali, bagi elu-elu pada yang bermental oncom, jangan harap bisa menggunakan cara ini. Gue terkesan menakut-nakuti kalian? Coba saja kalian praktikkan. Bila ingin menggunakan cara ini, berlatihlah 2 minggu sebelumnya yakni lari pada tengah hari, lalu lari sore, dan lari tengah malam. Supaya kalian bisa lari sekencang Usain Bolt, kalau bisa sih sampai terbang. Sangat jarang cara terakhir ini dipraktikkan oleh siswa-siswi bandel. Kalaupun ada yang menggunakan cara ini, pasti dia buronan di sekolah, di pasar, dan di terminal. Gue sendiri dulu sebagai murid berwajah sendu bertabiat serigala tidak pernah memakai cara ini, bahaya. Cara ini lebih afdal dipraktikkan berkelompok. Contoh, elu dan kawan-kawan ingin cabut, tanpa disadari kalian kepergok sama satpam, kepala sekolah, guru, guru piket, guru honorer, guru tidak tetap, dan guru gadungan. Reaksi kalian pasti kaget bercampur rasa gembira, karena gak asik dong kalau rencana busuk gak ada aksi-aksi yang menegangkan, hoho. Guru gadungan berteriak, “Mereka mau kabur, Pakk! cegat! cegat!” teriaknya sambil lari zig-zag, karena siapa tahu mungkin profesi asli si guru gadungan tersebut adalah peternak bebek di Cianjur. Guru lain, kepala sekolah, dan satpam menimpali, “Ayo cegaaatt!” Spontan, hal yang harus kalian lakukan adalah dengan saling memandang satu sama lain, lalu pada hitungan ketiga kalian berteriak, “LAREEEEE!” Gue mengingatkan agar kalian berlari jangan satu arah, tapi ke berbagai arah, biar guru-guru, kepala sekolah, dan satpam kebingungan. Pasti seru tuh, gak kebayang misal sekitar 30 siswa berlari tunggang-langgang dikejar sama 5 guru, 1 kepala sekolah, dan 1 satpam. Hahaha. Seperti film 3 hati 2 dunia 1 cinta. Tapi kalau ini judulnya 30 siswa 5 guru 1 kepala sekolah 1 satpam the movie. Kalau gue ada di kerumunan dan dikejar-kejar, pasti secara tidak langsung akan ngakak dengan biadab, “Nghakk nghakk nghaaakkkk ....” Tapi, jangan senang dulu. Dari sekitar 30 siswa misalnya, mungkin ada 1-3 orang yang akan dijadikan tumbal oleh teman sepermainannya dan ketangkap lalu dibawa ke ruangan isolasi. Gue suka berpikir kalau kata ‘isolasi’ diganti menjadi ‘lakban’, kira-kira kesannya kurang menyeramkan. Lalu, yang individu. Kalau individu lebih berisiko daripada yang berkelompok, karena kalau sampai ketangkap lalu dijebloskan ke ruangan isolasi, lantas elu akan diinterogasi secara tidak terpuji. Sok tahu ya gue? Contoh, pada saat elu melata di depan ruangan kepala sekolah, lalu tiba-tiba kepala sekolah keluar dari singgasananya seraya melihat elu yang sedang meliuk-liuk di lantai penuh nafsu. Dia menegur, “Hayoo ... mau kabur lagi ya?! ketahuan nih, sekarang!” Diwajibkan elu segera berdiri, membalikkan badan, lalu berdesis, “satu ... dua ... TIGA!” tap tap tap. Berlarilah sekencang mungkin, jangan coba-coba menengok ke belakang. Karena kalau menengok ke belakang ... ada kasih yang tak sampai, ada rasa yang belum terungkap, dan pastinya ada kepala sekolah beserta guru, penjaga sekolah, satpam, serta teman-teman mengucapkan: kembalilah ....
Sepatah Dua Patah dari Faris:
Hehehe, gimana? Bermanfaat bukan? Bermutu? Bernilai? Berkesan? Terilhami? Atau Terdzolimi? Hanya kalian yang bisa menjawabnya. Hohoho.
Mungkin di antara kalian pasti ada yang bertanya: Ih kok postingannya gak mendidik banget, Isi postingannya menjerumus kepada hal-hal negatif, dan gaje (gak jelas) banget. Tujuan gue menulis postingan “Tips dan Trik Cabut dari Sekolah” adalah supaya siswa-siswi sadar bahwa ‘cabut’ itu gak baik. Bisa kalian renungi masuk sekolah itu bukan hal yang gampang. Orangtua kita susah-payah membiayai, guru tidak bosannya mendidik, serta teman-teman seperjuangan senantiasa menemani pada saat kita di sekolah. Suatu keberkahan serta keuntungan bagi kalian yang bisa mencicipi bangku sekolah. Sudah seharusnya kita sebagai anak didik menjalankan kewajiban yang harus dijalani yakni belajar. Memang gue sebagai penulis, menulis secara gamblang bagaimana kiat-kiat cabut dari sekolah. Gue pun pernah merasakan bagaimana jadi murid ‘bandel’, tapi gak bandel-bandel amat, ada batasnya. Namun, yang harus anda ketahui adalah “Belajarlah Sampai Bel Pulang Berbunyi.” Keep posting guys!
Demikianlah Artikel Tips dan Trik Cabut dari Sekolah
Sekianlah artikel Tips dan Trik Cabut dari Sekolah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Tips dan Trik Cabut dari Sekolah dengan alamat link https://ceksemuanyadisini.blogspot.com/2014/10/tips-dan-trik-cabut-dari-sekolah.html
0 Response to "Tips dan Trik Cabut dari Sekolah"
Posting Komentar